[FANFIC] Story about Pika-Chu #part2

Rabu, Agustus 24, 2011


tamtararararam~~ tamtararararam~ tamtarararamtaramtaramtarararam~ 
entah kenapa, gue jadi suka nyenandungin nada-nada di atas. bukan... bukan kesandung... tapi senandung...
tau ga sih iklan salah satu obat imun buat bocah? nah, nadanya tuh kayak gitu. entah kenapa jadi lucu aja kalo dinyanyiin. wkakakakak.

entah mengapa di postingan ini gue sering menyebutkan kata 'entah mengapa' -_- entah... mengapa...

entah mengapa (lagi -_-) intro di atas sama sekali ngga nyambung sama judul postingan ini, jadi mendingan gausah dibaca karena ngga ada kaitannya. huahahaahaaha *bunuh Nenni*


sekali-sekali gue taroh di tengah biar ngga bosen -_-

okeh, ini Fanfic gue yang kedua!! PART 2 kawaaaaannn!! entah gue mau bikin berapa part lagi -_-"
semua ini semata-mata biar kalian tau aja, kalo gue masih idup :p
ohiyaaaaaaaa. KOMEN pliss. sangat membantu buat gue. gausah yang panjang-panjang, cuma sekedar bilang 'Bagus' ato 'lanjut' ato apakek ah tererah kalian. buat masukan lagi kalo nanti gue bikin FF lagi, syukur-syukur bikin buku *AMMIIIIINNN* hehehehe
asal jangan komen 'ini mama. Mama lagi di kantor polisi nemenin pak polisinya bikin pelem india. tolong kirimin mama pulsa 20rb ke nomer *sekian*. ini pake nomernya pak polisi. jangan telpon mama atopun sms ke nomer ini, karena mama lagi sibuk bikin pelem. cepetan ya! mama tunggu! salam kecup hangat tekucing muah muah. from: maAAmmAh l4ggIe B1cKiNT p3Lem~" sumpah, ini absurd banget -_______-"

langsung aja yaa kawan :D
Author             : Nenni Iriani a. k. a Shin Neul Ni (@JTwiriani)
Title                 : There’s Love between Pika-Chu
Genre              : Romantic, Friendship, Comedy
Cast                 : Jo Twins, Shin Neul Ni, Hwan Ni Young
Support Cast  : Noh Min Woo and some support fiction character
Length             : Chapter

“Yakin, kalian tidak ingin pulang bersamaku?” tawar Ni Young dengan sedikit memaksa. Sepanjang perjalanan ke lapangan parkir, Ni Young terus memaksa kami untuk ikut dengannya. Ia membawa mobil Porcshe Cayman hitam mengkilat yang sangat menggoda.
            “Tidak usah Ni Young. Lagipula rumah kita, kan, beda arah,” tolakku sopan.
            “Benar kalian tidak naik mobilku saja? Aku bersedia mengantarkan kalian. Kwangmin-ah apa kau tidak ingin naik mobilku saja? Kita bisa berjalan-jalan sebentar di taman. Bagaimana?“ Ni Young bertanya kepada Kwangmin. Hanya kepada Kwangmin. Mendadak perutku mulas.
            “Gwaenchansseumnida, Ni Young, rumah kita dekat dari sini. Kita biasa berjalan jauh, kok,“ kata Kwangmin datar sambil mengedip padaku. Itu, kan kalimatku!
            “Benarkah? Sayang sekali ya,” kata Ni Young kecewa.
            “Bagaimana kalau Min Woo dan Youngmin saja yang ikut denganmu?” kata Kwangmin sambil merangkulku. Rangkulan yang hangat layaknya sahabat dekat yang tidak pernah berjumpa selama bertahun-tahun. Deg!
            “MWO?” sahut Youngmin dan Min Woo berbarengan.
            “Baiklah kalau begitu,” kata Ni Young sambil menarik ujung bibirnya.
            “Kau tidak ikut pulang bersamaku Neul Ni?” kali ini pertanyaan itu ditujukan kepadaku.
            “Aku…”
            “Biar Neul Ni bersamaku. Kalian bersenang-senanglah!“ jawab Kwangmin. Apa maksudnya memotong pembicaraanku?! Dia tidak berhak menentukan dengan siapa aku pulang! Kenapa, sih orang ini! Menyebalkan sekali!
            “Annyeong higyeseyo!” teriak mereka bertiga dari dalam mobil Porsche hitam Ni Young. Aku hanya melambai.
            “Ayo kita pulang!” kata Kwangmin setelah mereka berlalu.
            “Apa maksudmu melarangku untuk ikut bersama Ni Young?!” kataku ketus.
            “Aku tidak melarangmu. Kau saja yang tidak menjawab pertanyaan Ni Yeong. Dasar tidak sopan!”
            “Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaannya kalau omonganku selalu kau putus!? Kau yang tidak sopan!”
            “Jinjjaa? Aku tidak merasa. Week!” Kwangmin menjulurkan lidahnya. Membuatku semakin kesal. Wajahku memerah.
            “Ya sudah kalau begitu. Pulanglah! Aku bisa pulang sendiri!” kataku sambil berlalu meninggalkan dirinya.
            “Kau marah lagi! Persis seperti Pichu ya! Sebentar lagi aku akan tersengat listrikmu! Bzzzzz!! Hahahah!”
            “Tidak lucu!” aku berkata pada diriku sendiri.
            “Mianhae. Hmm... mau sekotak es krim?! Aku tahu dimana tempat yang memiliki es krim terlezat di kota ini. Bagaimana?”
            Es krim? Yummy….
***
            Sepanjang perjalanan pulang, Kwangmin bercerita tentang Pikachu. Ternyata dia maniak Pikachu. Semua barang-barang di rumahnya dipenuhi dengan pikachu. Aku pun menceritakan tentang panggilan Pichu-nya untukku. Dia Aku mengatakan bahwa Pichu adalah karakter favoritku. Ia terkejut menyadari bahwa ‘tebakannya’ benar. Tapi aku tidak se-maniak Kwangmin untuk mengoleksi semua hal yang berbau Pichu.
            Kwangmin orang yang menyenangkan, ia selalu bisa membuatku tertawa. Memang, dia tidak banyak bicara. Tapi, dengan hanya berdiri di sampingnya saja sudah membuatku senang. Ah, aku ini kenapa?!
***
            Hari demi hari kami semakin dekat. Aku, Ni Young, Kwangmin, Youngmin, dan Min Woo sering bermain bersama. Terkadang, kami belajar bersama di salah satu rumah kami. Ni Young sering membawakan makanan yang enak, donkatsu, gimbap, pancake, dan banyak lagi! Kami saling membantu satu sama lain. Kami pun semakin memahami sifat dan perasaan masing-masing. Kwangmin masih memanggilku Pichu! Ini menyebalkan kau tahu! Dia bilang bahwa aku memang mirip Pichu! Kalau begitu, dia juga mirip Pikachu! Huh!
Tak terasa sudah 6 minggu berlalu. Aku semakin menyadari bahwa Youngmin memberi perhatian lebih kepada Ni Young. Begitupun sebaliknya. Sepertinya mereka saling jatuh cinta. Ini bagus, Ni Young dan Youngmin. Mereka cocok! Hahaha… Semoga saja mereka cepat jadian! Jadi aku tinggal menagih es krim kepada Youngmin dan meminta donkatsu kepada Ni Young.
Aku pun semakin menyadari bahwa perasaanku dengan Kwangmin sedikit berbeda. Entah apa yang ku rasakan, aku tidak mengerti. Rasanya aneh. Setiap ada yeoja lain yang sedang mendekati Kwangmin, perutku mendadak mulas dan aku ingin muntah. Aku selalu ingin bertemu dengannya. Aku haus akan keceriaannya. Aku tidak ingin mengatakan selamat tinggal padanya. Aku selalu ingin candaan darinya. Aku ingin selalu bersamanya. Tunggu! Apa yang sedang aku pikirkan! Kwangmin sahabatku! Oke?
***
Kami ada janji untuk menonton bersama di rumahku hari ini. Jadwal rutin kami setiap hari Sabtu. Kwangmin, Min Woo, aku dan Jin Wan – adikku memang selalu mengikuti kegiatan kami jika ada si kembar – sudah bersiap di depan televisi. 6 gelas berisi jus jeruk pun disiapkan sejak tadi. Tumpukan DVD film berserakan di karpet. Kami masih bingung memilih film yang akan ditonton. Youngmin dan Ni Young belum datang. Tumben? Biasanya hanya Youngmin yang terlambat. Youngmin, kan memang serba terlambat. Dia memang malas bergerak! Berbeda jika sedang tidur, dia malah brutal! Sampai-sampai Kwangmin harus membangunkannya karena tidurnya mengganggu. Hahahah.
“Chingu! Ada kejutan!” pekik Youngmin setelah membuka pintu depan.
“Bisakah kau mengucap salam? Aku hampir saja tersedak jus jeruk tahu!” kataku sambil mengusap mulutku yang penuh jus dengan punggung tanganku.
“Ah, kau ini. Memang selalu terkejut! Hahaha! Mianhae~ Annyeong Haseyo,“ kata Youngmin sambil membawa dua plastik besar di kedua tangannya. Seseorang mengikutinya dari belakang. Ni Young.
“Annyeong,” jawab kami serempak.
“Kau bersama Ni Young?” Min Woo yang sejak tadi asik bermain monopoli dengan Jin Wan pun terkejut.
“Ne,” jawab Youngmin penuh semangat.
“Kalian… berkencan?” kulirik Kwangmin. Ia hanya tersenyum padaku.
“Ne,” kali ini Ni Young yang menjawab dengan keanggunannya.
“Kyaaaaaa!! Selamat ya! Aku minta tagihan es krim-mu!” kataku sambil menengadahkan tangan.
“Ini! Kau kira aku membawa ini untuk apa?!” jawab Youngmin – kembali – dingin sambil mengangkat kedua kantung plastik besar yang ia bawa.
“Jadi, itu semua untuk kami?!” kali ini Jin Wan tertarik. Ia langsung berlari ke arah Youngmin dan mengambil sekotak besar es krim dari sana. “Pesta es krim!” Jin Wan berlari kecil ke arah kami disusul oleh Youngmin dan Ni Young, pasangan baru saat ini.
“Waah, gomawo hyung, noona… ini sangat enak!” Jin Wan menyendok es krimnya.
“Ceritakan! Ceritakan! Bagaimana bisa? Kau tak pernah bercerita kepadaku?!” Min Woo menyuap es krim pertamanya.
“Ne. Kau juga tak pernah bercerita kepadaku!” kataku kepada Youngmin.
“Haruskah aku bercerita tentang ini kepada kalian?“ Youngmin duduk di sebelah Ni Young.
“Harus! Kita kan sahabat! Ya, kan Min Woo?!” jawabku asal diikuti dengan anggukan Min Woo yang mulutnya penuh dengan es krim. Uh! Ingin sekali aku mencubit pipinya yang menggemaskan itu! >,<
“Kwangmin juga sudah tahu!” Youngmin melirik kembarannya.
“Jinjja? Ah, iya! Kalian, kan, kembar! Tidak usah diberitahu pun Kwangmin pasti tahu! Ya ,kan?!“ aku menoleh ke arah Kwangmin. Yang dituju hanya tersenyum,“Jangan sok tahu!“ jawabnya setelah mulutnya kosong. Aku hanya bisa manyun,“Kau ini!“.
“Jangan marah Pichu! Aku hanya bercanda! Hahaha!“ tambahnya sambil mengacak rambutku. Deg!
***
            Aku bergegas menuruni tangga. Kami berencana untuk pergi ke taman hari ini. Perayaan untuk libur musim panas dan perayaan hubungan Ni Young dan Youngmin yang baru saja menjadi sepasang kekasih. Semoga penampilanku hari ini tidak mengecewakan. Kaus biru langit kupadukan dengan cardigan putih. Celana jeans santaiku tidak terlalu mencolok. Sepatu kets biru-ku pun melengkapi penampilanku.  Setidaknya, aku terlihat rapi hari ini.
            “Annyeong haseyo!” kata ku setelah menghampiri sahabat-sahabatku ini.
            “Kyaa, bajunya sama!” pekik Min Woo sampai mulutnya membentuk huruf O sambil menunjuk aku dan Kwangmin.
            Sepintas aku memerhatikan Kwangmin – yang juga memerhatikanku –. Memang benar, pakaian kami matching. Entah apa yang kurasa saat ini, aku merasa... bahagia sekaligus malu.
            “Sudahlah, ayo kita berangkat!” kata Kwangmin tak sabar.
            “Tunggu! Jadi, cuma aku yang tidak memiliki pasangan?!” seru Min Woo tiba-tiba. Wajahnya semakin menarik. Aku yakin, wanita manapun pasti akan jatuh cinta begitu melihat wajah imutnya ini.
            “Kau ini bicara apa?! Ayo jalan!” kataku kesal sambil menarik tangannya. Dia sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Dia memang paling muda diantara kami.     Sesampainya di taman, kami langsung menuju kedai es krim. Si kembar ini maniak sekali dengan es krim! Hahaha! Aku membeli es krim cokelat dengan choco chips dan oreo sebagai topping-nya. Sedangkan si kembar dan Min Woo membeli es krim yang sama, es krim vanilla dengan waffle cokelat sebagai topping-nya. Ni Young tidak membeli es krim, mungkin sedang diet. Kau kira, dari mana ia mendapatkan tubuh seindah itu?! Pasti sulit sekali, kan?
            Kami memilih untuk duduk di pinggir kolam di tengah taman. Di bawah pepohonan rindang dan bunga-bunga yang mulai bermekaran. Suasana yang sangat mendukung untuk bersantai dan melupakan sejenak tugas-tugas sekolah. Kwangmin duduk di sebelahku, Min Woo bermain dengan dua anak kecil yang sejak tadi mengikutinya, Youngmin dan Ni Young duduk tak jauh dari kami. Mereka terlihat sangat serasi, Youngmin yang tampan dan Ni Young yang anggun. Benar-benar pasangan idaman.
            Es krim-ku sudah mulai meleleh. Aku segera menghabiskannya dalam satu gigitan. Tiba-tiba...
            “HAHAHAHAHAHA!!“ Kwangmin terbahak-bahak. Matanya menyipit.
            “Ada apa? Ada yang lucu?“ aku bingung.
            “Lihat dirimu! Kau seperti monster es krim sekarang! Hahahah!“
            “Hah? Maksudmu?”
            “Itu,” jawabnya sambil menunjuk mulutku.
            “Ah, mianhae~” jawabku sambil berusaha membersihkannya. Ini pasti gara-gara aku makan es krim dengan satu gigitan. “Sudah?”.
            “Masih ada. Ini, pakai saputangan-ku saja,” jawab Kwangmin sambil mengeluarkan saputangan dari kantung celananya. Tangannya terulur kepadaku, tapi sesaat kemudian ia malah menariknya kembali.
            “Hei, kau mau meminjamkannya tidak?!” kataku kesal. Bisa-bisanya dia membuatku kesal di saat seperti ini!
            Ia tidak memerdulikanku. Ia tidak memberi jawaban apapun. Ia malah menatapku lama. Deg!
Ia mendekat… mendekat… dan mendekat. Wajahnya semakin lama semakin mendekati wajahku. Jantungku semakin cepat memompa. Kurasakan tanganku dingin dan darah sudah tidak mengalir lagi di tubuhku. Wangi parfum maskulinnya semakin tercium. Ia semakin mendekat. Apa yang mau dia lakukan? Di siang hari begini? Di taman? Apa dia mau…
“Parfum-mu ganti ya? Baunya, kok berbeda?“ katanya tiba-tiba saat wajahnya hanya berjarak 1 jengkal dari wajahku. Sesaat membuatku mengingat kejadian saat pertama kalinya aku bertemu dengannya. Dia menarik kembali wajahnya.
Darah kembali mengalir ke seluruh tubuhku, jantungku sudah normal kembali, aku pun sudah bisa merasakan otot-otot tanganku kembali. Sedikit kecewa. Ku pikir Kwangmin akan...
“Apa yang kau pikirkan? Ini, saputangannya,“
“Mmm… Ne. Gomawo,” jawabku singkat. Aku masih sedikit canggung setelah apa yang ia lakukan padaku. Wajahku mulai memerah.
***
            “Neul Ni,” panggil Ni Young dengan mengecilkan suaranya.
            “Ne. Ada apa?” aku yang sedang mengerjakan pr Matematika pun menghentikan kegiatanku.
            “Apa kau suka pada Kwangmin?” katanya sambil memajukan tubuhnya agar mendekat kepadaku. Seharusnya ia tidak usah melakukannya. Para namja sedang asik bermain di PlayStation 3 miliknya di ruang televisi, sedangkan kami berdua jauh di belakang mereka.
            “Mwo? Kenapa kau bertanya seperti itu?” aku gugup. Pertanyaan bodoh macam apa ini? Semua orang tahu, aku dan Kwangmin hanyalah teman dekat. Mereka juga, Youngmin, Min Woo dan Ni Young pun teman-teman dekatku.
            “Aku hanya memastikan saja. Sangat terlihat dari kelakuanmu padanya,” jawabnya sambil tersenyum.
            Kurasakan wajahku kembali memerah, “Benarkah? Apa terlalu terlihat?”.
            “Benar, kan. Kau suka padanya?”
            “Hmm… entahlah. Aku tidak tahu apa perasaanku yang sebenarnya,” kataku jujur.
            “Kalau begitu jawabanmu, berarti kau suka padanya,” katanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil menunduk menahan malu.
            Apa benar aku suka pada Kwangmin? Tidak.. bukan suka sebagai sahabat biasa, tapi lebih ke... hmm... suka sebagai kekasih mungkin? Aah! Apa yang aku katakan! Tapi, semua perasaan ini memang ada. Semua berjalan begitu saja. Jika ini benar cinta, aku hanya bingung bagaimana mengungkapkannya. Aku suka Kwangmin? Apa aku suka Kwangmin? Lalu, kalau memang benar aku suka pada Kwangmin apa dia juga suka padaku? Apa dia mau menjadikanku kekasih? Aaah! Lupakan! Lupakan!
***
            “Lempar bolanya ke sini, Kwangmin!” teriak Youngmin di tengah lapangan.
            Hari ini pelajaran olahraga untuk kelasku. Kami mendapat ujian basket. Tim-ku melawan siswa putri dari kelas sebelah dan kami berhasil memenangkannya dengan skor telak 25 – 18. Aku pun berhasil menyumbang 2 bola. Kebanggaan untukku sendiri. Sekarang, siswa namja yang bermain, dan kami beristirahat di pinggir lapangan. Rambutku basah oleh keringat dan tubuhku bau. Week!
            “Neul Ni, apa kau masih suka pada Kwangmin?” seru Ni Young tiba-tiba. Di sini memang hanya ada kami berdua. Aku tersedak.
            “Kenapa kau bertanya hal itu?” jawabku sambil membersihkan mulut.
            “Ah, tidak. Aku hanya bertanya saja. Kwangmin itu sosok yang sempurna, ya. Youngmin juga. Sayangnya sifat mereka berbeda jauh. Terkadang aku ingin menjadi kekasih Kwangmin, bukannya Youngmin. Hahahaha,”
            Deg! Apa yang barusan ia katakan? Apa dia sengaja ingin membuatku cemburu? Apa maksud perkataannya?
            “Kalau begitu, jadian saja dengan Kwangmin,” kataku bersikap acuh.
            “Tidak mungkin. Kau, kan, suka padanya,”
            “Apaan kau ini! Hahaha,”
            “Aaah, aku haus!” seru Kwangmin dan Youngmin berbarengan.
            “Biar aku ambilkan minum! Aku sudah menyiapkannya untuk kalian. Ayo bantu aku menurunkannya dari mobil!” kata Ni Young sambil berdiri. Min Woo dan Youngmin mengikutinya.
            “Kau tidak ikut membantu?!” kataku pada Kwangmin yang sekarang duduk di sampingku. Rambut dan tubuhnya basah oleh keringat, mulutnya terbuka dan napasnya terengah-engah, membuatnya lebih berkarisma menurutku. Namja yang berkeringat itu keren! Ahahahaa!
            “Aku lelah! Apa kau tidak melihatnya?!”
            “Kau ini! Orang sepertimu bisa lelah? Aku tidak percaya! Kalau Youngmin yang bicara seperti itu, baru aku percaya!! Dasar!“
            “Aku memang kelelahan! Mau bukti?!” katanya sambil mendekati wajahku. Apa lagi yang mau dia lakukan?! Tunggu... tubuhku memang bau, dan ia tahu itu, tidak mungkin dia menanyakan hal itu seperti di taman saat itu, kan? Apa yang mau ia lakukan?
Wajahnya semakin mendekati wajahku. Matanya yang hitam semakin membesar. Garis-garis wajahnya yang dipenuhi keringat semakin jelas terlihat. Mengapa dia begitu sempurna? Sedangkan aku? Tidak. Jantungku semakin kencang, aku berhenti bernapas, tanganku dingin, kepalaku pusing. Berhenti melakukan itu Kwangmin!!
Ssslluurrpppp! Slurp!
“Sudah ku bilang, kan, aku lelah? Mengapa kau tidak membawakanku minum yang lebih banyak?” katanya sambil bergerak menjauhiku. Hanya ada udara kosong dan satu sedotan kecil di botol minumku sekarang. Dia menghabiskannya. Ya, ya, sekarang aku percaya dia kelelahan. Tapi bisakah tidak usah melakukan hal seperti tadi? Membuatku kaget saja! Ku kira dia mau...
“Kwangmin-ah, tangkap!” pekik Min Woo tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
***
 To Be Continue (Jangan Merokok! *eeh)

tunggu kelanjutannya :))
makasih udah baca~

You Might Also Like

0 comments

Leave your fingersteps here.

Instagram