[FANFIC] Story about Pika-Chu #part4

Sabtu, September 10, 2011

HALOOOHAAAAAAAAAAAAAAA!!! *teriak pake mikrofon masjid.

etauagasilo? gue jadi bingung.
kenapa?

karena eh karena... blog gue dikomentarin sama salah satu orang yang bernama u7YHg(*&fjGF%Eiu#$ yang notabene-nya adalah temen-sekelas-gue-yang-udah-kena-racun-blog-gue... apa komentarnya?????
dia bilang..."blog lu sekarang gaje nen... korea korea ga jelas, gue ngga ngerti..."

nyesek.


penulis mana yang demen tulisannya dibilang gaje? -__-
termasuk gue kawaaaannnn (anggap aja gue penulis -_-)

tapi ngga apa-apa. gue terima masukan dari lo itu kawans~ :D

jadi intinya, gue minta maaf kalo emang ada beberapa postingan gue yang gajelas, dan lo ngga suka. ini blog gue, dan ini blog umum jadi yaa suka suka gue :D

mau lanjutin fanfic gue yang sebenernya udah selesai dari kapan tau :p
habis itu mau posting tentang lebaran kemaren (semoga ngga lupa -_-")

check it out!

Author             : Nenni Iriani a. k. a Shin Neul Ni (@JTwiriani)
Title                 : Story About Pika-Chu part4 (ending)
Genre              : Romantic, Friendship, Comedy
Cast                 : Jo Twins, Shin Neul Ni, Hwan Ni Young
Support Cast   : Noh Min Woo and some support fiction character
Length             : Chapter

“Aku harus pergi sekarang,” Ni Young berpamitan kepada kami semua. Nomor keberangkatannya sebentar lagi dipanggil.
Ni Young akan pindah sekolah ke Amerika, ke tempat tinggal ibunya. Entah apa yang membuatnya memutuskan untuk pindah sekolah. Rasanya baru 6 bulan kami bersama. Itu berarti sudah 1 bulan Kwangmin dan Ni Young berhubungan. Sudah 1 bulan juga aku berusaha untuk menutupi lubang di hatiku yang menganga. Sudah 1 bulan juga Ni Young berkali-kali datang ke rumahku untuk meminta maaf karena sudah menjadi sahabat yang berkhianat bagiku. Sudah 1 bulan aku menjauh dari Kwangmin hanya agar aku tidak menambah rasa sakit hatiku. Sudah 1 bulan aku hanya bisa berharap dan mendoakan agar aku baik-baik saja.
            “Mengapa cepat sekali? Mengapa kau tiba-tiba ingin pindah?” kataku asal.
            “Aku harus pindah Neul Ni. Kau akan tahu mengapa,“ jawab Ni Young penuh rahasia.
            “Jangan lupakan kami semua,” isak Min Woo.
            “Pasti. Aku tak akan melupakan kalian semua. Terimakasih untuk 6 bulan terakhir ini. Aku tidak akan melupakan semua kebaikan kalian. Kalian membuat hari-hariku semakin indah. Gomawo,” Ni Young kemudian mendekatiku, “Untukmu, aku ucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sakit. Aku sangat menyesal telah menghianatimu. Kau telah membuka mataku. Aku benar-benar minta maaf,“ ia memelukku erat. “Kau sababat terbaikku,”
            “Sudahlah. Aku tidak apa-apa,” jawabku seadanya sambil membalas pelukannya, “Saatnya berangkat. Kabari kami ketika sudah sampai. Aku akan sangat merindukanmu,” ku rasa air mataku mulai menetes. Bagaimanapun dialah sahabatku.
            “Cepat katakan padanya! Aku tunggu kabar darimu!“ Ni Young berbisik kepadaku.
            “Maksudmu?”
            “Kau ini,” Ni Young melirik ke arah Kwangmin. Seketika wajahku memerah.
            “Aku sudah memberikannya untukmu. Ambil saja,” jawabku sarkatis. Aku merasakan ada yang aneh saat aku mengatakannya.
            “Kalau kau sudah memaafkanku, berarti kau mau melakukannya untukku,”
            Lucu sekali dia. Dulu dia yang mengambil Kwangmin dariku, sekarang dia menyuruhku untuk mengambil Kwangmin kembali. Apa maksudnya? Huh!
            “Hai, para gadis, sudahkah kalian selesai? Nomor keberangkatanmu sudah dipanggil, Ni Young,” Youngmin tiba-tiba berteriak.
            “Ya cerewet!” jawab Ni Young.
            Ni Young segera menghampiri mereka dan mengecup pipi Kwangmin sekilas. Sejenak perutku mulas kembali. Kwangmin hanya tersenyum canggung. Mereka tetap serasi. Sekilas aku melihat raut penyesalan di wajah Ni Young.
            “Annyeong higyeseyo!” Ni Young mengakhiri pertemuan ini dengan lambaian tangan. Kami pun membalasnya.
            “Rasanya cepat sekali ya. Begitu tiba-tiba. Aku bahkan belum menagih donkatsu atas hubunganmu dengannya,” kataku setelah kami meninggalkan bandara dan masuk ke dalam mobil Min Woo.
            “Hmm… itu lebih baik,” jawab Kwangmin sarkatis.
            “Apa maksudmu? Kau tidak akan merindukannya? Pacaran jarak jauh itu menyulitkan, loh,“ lagi-lagi aku merasa aneh saat mengatakan kalimat itu.
             “Anio. Apa kau tahu mengapa ia meninggalkan Korea?” katanya lagi.
            “Ne. Memang kenapa? Dia hanya ingin menemui ibunya, kan? Dia akan kembali lagi, kan?” aku memandang Kwangmin. Mata hitamnya berbalik memandangku.
            “Mwo? Kau tidak tahu?” pekik Youngmin dan Min Woo berbarengan.       
“Jadi, ada rahasia yang tidak aku ketahui? Apa hanya aku yang tidak tahu?! Sahabat macam apa kalian ini? Mengapa aku tidak mengetahuinya?“ jawabku kesal dan melipat tanganku di dada. Mulutku mencerucut.
            Mobil Min Woo memasuki taman. Kami turun dari mobil dan menuju pusat taman kota. Tempat kami saat Youngmin masih bersama Ni Young dulu. Seperti biasa, Min Woo dan Youngmin pergi ke kedai es krim. Mereka terlihat sangat gembira. Kwangmin duduk di sebelahku.
            “Apa kau tahu Ni Young pindah ke Amerika bukan hanya ingin bertemu ibunya?“ Kwangmin merapatkan tubuhnya padaku, “Appa-nya bekerja di perusahaan Appa-ku sebagai wakil manager. Namun ternyata, appa-nya melakukan korupsi dan berniat untuk menyingkirkan Appa-ku melalui Ni Young. Ni Young mendekati Youngmin dan aku agar dia bisa mengetahui rekening rahasia perusahaan Appa. Setelah aku mengetahuinya, dengan sangat terpaksa aku memberitahukannya kepada Appa. Akhirnya, Appa-nya dipenjara selama 10 tahun di sini dan semua hartanya disita. Karena Ni Young tidak mau menanggung malu, dia pergi untuk melanjutkan sekolahnya di Amerika,” jelas Kwangmin panjang lebar. Aku melongo.
            “Apa benar? Tapi... mengapa dia bisa melakukannya?” aku terkejut. Ku kira Ni Young orang yang baik.
            “Entahlah. Aku pun bingung,”
            “Lalu, darimana kau tahu semua itu?”
            “Kau pernah mendengar pepatah? Bahwa cinta bisa membutakan segalanya? Itu yang terjadi pada Ni Young sehingga dia mau membuka semua rahasia keluarganya padaku. Ia sangat khawatir rencananya akan gagal saat Youngmin memutuskan hubungan dengannya. Itu berarti tidak ada jalan untuk melanjutkan misi-nya. Namun, ternyata masih ada aku. Hahahah,”
            “Hmm… Ni Young benar-benar mencintaimu?”
            “Ne. Katanya, dia suka padaku sejak kau mengenalkan aku. Apalagi saat kita dekat. Wae? Kau cemburu? Kami tidak pernah berpacaran, loh,” kata Kwangmin.
            “Anio!! Apa-apaan kau ini!!” kurasakan wajahku mulai memerah.
            “Aku tahu kau juga suka padaku,”
            “Apa? Kau tahu darimana? Pasti Ni Young yang memberitahu ya?” aku panik.
            “Jadi benar kau menyukaiku? Aku hanya bercanda tadi,” katanya polos. Bodoh! Aku terjebak!
              “Ah, tidak!! Tidak!! Aku tidak suka padamu!!” aku memalingkan wajahku. Jangan sampai dia melihatku!
            “Benarkah? Sayang sekali, ya?” katanya sedih.
            “Wae? Kau ini sahabatku! Jangan konyol! Hahahah!” Tuhan... aku begitu munafik!
            “Aku suka padamu,” kata Kwangmin sambil berbisik di telingaku. Matanya tertuju padaku. Deg! Deg! Deg! Apa benar yang dia katakan barusan? Apa dia bilang kalau dia menyukaiku? APAAA KWANGMIN MENYUKAIKUUUU??!!!
            “M... mwo?” aku tidak bisa berbicara apapun. Rasanya jantungku sudah tidak berdetak lagi.
            “Aaaaa. Sudah! Tidak ada siaran ulang! Lagipula kau sudah bilang kau tidak menyukaiku,” Kwangmin panik.
            “Aku memang tidak pernah menyukaimu. Tapi…” aku merundukan wajahku. Malu.
            “Tapi apa?” Kwangmin penasaran.
            “TAPI AKU SELALU MENYUKAIMU, PIKACHU!” aku tidak sadar aku bisa melakukannya! Aku mengatakannya! Sepertinya aku mulai tidak waras. Bunuh saja aku Tuhan…

Kwangmin POV
            Yeoja imut ini masih saja menutup matanya. Aku tidak percaya dia mengatakannya. Dia juga menyukaiku! Ya Tuhan...
            “Neul Ni, bukalah matamu,” kataku sambil merogoh isi saku celanaku. Dia membuka matanya. Jantungku mulai tidak karuan, aku menahan napas.Dia membuka matanya dan melihat benda yang ada di hadapannya sekarang.
            “Ini…” dia tersenyum. Apakah dia mau?
            “Ini… untuk apa ya?” tambahnya. -__- Yeoja ini sangat polos! Semakin membuatku cinta saja!
            “Jadilah kekasihku dan menikahlah denganku!” aku mengatur napasku. Aku hampir lupa bernapas. Ia tidak bereaksi. Ia hanya melihat cincin yang sekarang ada di hadapannya.
            Dia tersenyum memandangku. Apa dia mau menerimaku? Apa dia mau menikah denganku?
            Plak!!
            “AAAAAWWWWW!! Apa-apaan kau ini?” pipiku panas. Apa aku salah bicara?
            “K.. KAU!!” dia berdiri di hadapanku. Aku panik. Apa yang baru saja aku katakan? Apa aku menyinggung perasaannya? Mengapa tiba-tiba dia menamparku? Kulihat orang-orang ramai melihat kami. Tidak! Ini bukan tontonan gratis! Kami tidak sedang ber-akting!
            “Hei, apa yang kau lakukan?” tanyaku sambil menarik tangannya. Ia kembali duduk di sampingku, “Kalau kau tidak mau menerimaku, jangan tampar aku! Kau bisa, kan, bilang baik-baik?” aku mulai kesal.
            “Kau ini! Aku mencintaimu! Aku pasti menerimamu!”
            “Jadi??!!! Ku kira kau menolakku!”
 “Aku masih sekolah kau tahu!! Aku tidak mungkin menjadi istrimu di saat aku masih 16 tahun! Aaaa! Membayangkannya saja sudah membuatku mual!” ia kembali menutup matanya.
“Tidak sekarang bodoh! Aku juga tidak mau menikah sekarang!!” aku mencubit pipinya lembut. Kesal dan gemas menjadi satu.
“Benarkah? Aku kira, setelah ini kau akan mengadakan pesta pernikahan! Hahahaa! Babo!” matanya menyipit saat ia tertawa.
“Jadi, kau mau menerimaku? Mau menjadi istriku? Berjanjilah untuk selalu di sampingku sampai kita mati nanti. Aku akan selalu menjagamu sampai akhir hidupku,“
“HAHAHAHA! Kau tidak pandai merayu yah! Payah!” jawabnya masih tertawa.
“Hei! Aku berusaha mati-matian tahu!“ mulutku manyun.
“Baiklah… suamiku… hahahaha!!” dia semakin terbahak.
“PICHUUUU!!!” aku menyambarnya gemas. Ia menjadi milikku mulai sekarang.

Epilog
            “KYAAAA!! APA INI??!! LEPASKAN!! LEPASKAN!! TOLONG AKU!!” seru  seorang namja kecil yang imut. Ia berputar-putar di sepanjang jalan di pinggir Sungai Han. Ia terjatuh sampai hidungnya mengeluarkan darah.
            “Hei! Sudahlah!” kata seorang yeoja cantik yang berlari menghampirinya, “Ini cuma saputangan. Lihat!”
            “AH! Gamsaphamnida! Kau telah menyelamatkan hidupku!“ jawab namja 6 tahun itu sambil membungkuk. Hidungnya masih mengeluarkan darah.
            “Ne. Tidak usah berlebihan. Ini cuma saputangan!“
            “Apa itu milikmu? Berarti kau yang telah mengagetkanku!” seru namja itu.         
            “Mianhae~ aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu! Adik-ku memang menyebalkan! Uh! Dia yang melempar saputangan ini sampai mendarat di atas kepalamu. Itu dia di sana,” katanya sambil menunjuk seseorang, “Mianhae~“ yeoja kecil itu membungkuk berulang kali, “Ah, hidungmu berdarah! Ini, pakai saja saputanganku. Masih bersih, kok,“ yeoja itu mengulurkan tangannya.
            “Tidak usah, aku membawa saputangan sendiri,” ia mengeluarkan saputangan dari saku celananya, “Lihat, kan? Aku membawanya sendiri!“ serunya sambil membersihkan hidungnya.
            “Itu PIKACHU!!” yeoja kecil itu tiba-tiba berteriak. Matanya menyipit.
            “AH?! APA? DIMANA? Eommaa.. aku takut,” namja itu kembali ketakutan.
            “Itu di saputanganmuuuu! Itu gambar Pikachu!” seru yeoja kecil bersemangat.
            “Pikachu itu apa, sih?”
            “Pikachu itu hewan di Pokemon! Kau tahu tidak?! Itu kartun keeeeeesukaanku! Lihat ini, ini namanya Pichu. Dia hewan sebelum Pikachu. Dia lucu, kan?“ yeoja 6 tahun itu memperlihatkan saputangannya. Wajahnya sangat bersemangat saat menceritakannya.
            “Kalau begitu, aku menyukai Pokemon!“ kata namja kecil sambil melompat.
            “Wae? Kau, kan baru tahu dari aku?”
            “Karena aku menyukai kau, dan kau menyukai Pokemon, maka aku juga suka!” seru namja kecil, polos.
            “Hore!! Akhirnya aku punya teman yang menyukai Pokemon! Lalu, apa hewan kesukaanmu?“
            “Hmm.. aku tidak tahu. Kalau ini apa namanya tadi?” kata namja itu sambil memperlihatkan saputangannya yang bersimbah darah.
            “Itu Pikachu. Kau mirip sekali dengannya!”
            “Benarkah? Mulai saat ini aku suka Pikachu!“ namja itu sangat bahagia, “Pichu, mulai saat ini kau harus menjadi kekasihku,” tambahnya.
            “Wae?” seru yeoja kecil tidak mengerti.
            “Karena kita sama-sama menyukai Pokemon! Aku Pikachu, dan kau Pichu! Kita akan cocok! Kekasih itu harus cocok!”
            “Baiklah kalau begitu! Selama itu Pokemon, aku mau menjadi kekasihmu!”
            “Bagus! Horee!!” namja itu melompat kegirangan.
            “Yeee!! Eh, tapi aku harus pulang. Ini sudah sore! Lihat, matahari sudah tenggelam!” seru yeoja itu sedih.
            Namja itu berhenti melompat-lompat, “Yaah, wae? Kau, kan baru menjadi kekasihku…”
            “Tapi nanti eomma marah. Kalau eomma marah, dia sudah seperti Monster! Aku takut!” yeoja kecil itu bergidik.
“Rumahmu di mana?”
“Rumahku sangat jauh! Aku harus naik pesawat terbang kalau dari sini,”
            “Sayang sekali ya. Tapi kau akan kembali bukan?“
            “Tentu saja!”
            “Baiklah kalau begitu. Sekarang, kau harus berjanji untuk kembali lagi dan menjadi istriku,”
            “Istri? Seperti eomma dan appa? Baiklah! Kita akan bertemu lagi nanti! Kita akan bermain Pokemon! Selamat tinggal suami Pikachu-ku!” yeoja kecil itu melambai dan berlalu menjauhi Sungai Han.
            “Sampai jumpa lagi istri Pichu-ku!” namja itu melambai.
***
            Ya, dia telah kembali. Pichu-ku sudah kembali. Dia kembali lagi untuk memenuhi janjinya. Yaa, walaupun mungkin dia tidak ingat akan namja kecil yang memintanya jadi istri, yang penting dia sudah kembali. Dia akan menjadi milikku. Selamanya. (Kwangmin)

*The End*

You Might Also Like

1 comments

Leave your fingersteps here.

Instagram